APAKAH ISMAIL ATAU ISHAK
YANG DIKORBANKAN IBRAHIM ?
Oleh:
Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
Tentang siapa sebenarnya yang dikorbankan oleh Ibrahim, apakah Ismail atau Ishak telah menjadi perdebatan yang tak berpenghujung. Mayoritas umat Islam berkeyakinan bahwa yang dikorbankan oleh Ibrahim adalah Ismail, nenek moyang Nabi Muhammad dan kaum muslimin. Sementara kaum Kristen dan Yahudi berkeyakinan bahwa yang dikorbankan adalah Ishak, nenek moyang orang Kristen dan Yahudi.
Di kalangan umat Islam sendiri terjadi perbedaan pendapat mengenai siapa yang dikorbankan Ibrahim, apakah Ismail atau Ishak. Hal ini terjadi karena Al-Qur’an sendiri tidak secara jelas menyebutkan siapa sebenarnya yang dikorbankan oleh Ibrahim. Dalam QS. al-Shaffat, ayat 101-103, Allah Swt berfirman:
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103)
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). QS. 37: 101-103.
Dalam ayat 101-103 tersebut tidak disebutkan secara jelas siapa yang dikorbankan oleh Ibrahim. Oleh karena itu di kalangan ahli tafsir timbul dua pendapat. Sebagian ulama ada yang meyakininya Ismail, anak Ibrahim dari hasil perkawinannya dengan Hajar, istri kedua. Sementara yang lain ada yang menyatakan Ishak, anak Ibrahim dari hasil perkawinannya dengan Sarah, istri pertama.
Dalam sejarah diakui bahwa Ismail lebih tua dari Ishak. Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Qur'an al-Karim (Juz VII/27), menjelaskan bahwa Ismail lahir pada saat Ibrahim berumur 86 tahun. Sementara Ishak lahir ketika Ibrahim berumur 99 tahun.
Al-Qurthuby dalam al-Jami' li Ahkam al-Qur'an (Juz XV/99-100) mengemukakan perihal perbedaan pandangan itu. Ada yang mengatakan bahwa yang diperintahkan untuk dikorbankan adalah Ismail. Pendapat ini dikemukakan oleh sejumlah sahabat Nabi dan tabi'in, seperti Abu Hurairah, Ibn Abbas, Abu Thufail, Amir bin Watsilah, Sa'id ibn al-Musayyab, Yusuf bin Mihran, Rabi' bin Anas, dan Muhammad ibn Ka'b al-Quradhiy.
Pendapat ini konon didasarkan pada sebuah data historis yang menjelaskan bahwa penyembelihan tersebut berlangsung di Mekah (dahulu bernama Bakkah), sehingga yang hendak disembelih tersebut pasti Ismail, karena Ishak sepanjang hidupnya tidak pernah sampai ke sana. Mereka mengajukan bukti tambahan. Tanduk hewan kurban, pengganti Ismail, di gantung di Ka'bah. Sekiranya Ishak yang mau disembelih, maka tanduk itu kiranya tak digantung di Ka'bah, mungkin di tempat lain seperti Baitul Maqdis. Pendapat pertama inilah yang paling banyak dipercaya.
Sementara yang lain berpendapat bahwa anak yang diminta untuk disembelih, tidak lain, adalah Ishak bin Ibrahim. Pendapat ini diikuti oleh sejumlah sahabat dan tabiin. Dari kalangan sahabat tercatat nama-nama seperti Abdullah ibn Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Umar bin Khaththab, Jabir, Abdullah bin Umar, dan Ali bin Abi Thalib. Dari kalangan tabi'in yang berpendapat demikian di antaranya, Alqamah, Sya'biy, Mujahid, Sa'id bin Jubair, Ka'ab al-Ahbar, Qatadah, Masruq, Ikrimah, Qasim bin Abi Bazzah, Atha`, Abdurrahman bin Sabith, al-Zuhry, al-Sadiy, Abdullah bin Abi al-Hudzail, dan Malik bin Anas. Pendapat ini bukan hanya didasarkan pada hadits, tapi juga asumsi kesejarahan. Kelompok kedua ini mengakui bahwa tanduk domba yang disembelih itu digantung di Ka'bah, tapi--menurut mereka--itu dibawa Ibrahim dari negeri Kan'an, tempat tingal Ishak.
Dalam rangkaian ketiga ayat tersebut (QS. Al-Shaffat, 101-103) memang tidak secara langsung disebutkan bahwa nabi Ismail-lah yang dikorbankan, tetapi dari ayat pertama sudah jelas bahwa Allah SWT memberikan kabar gembira akan datangnya seorang anak yang amat sabar, ayat ini memberikan gambaran bahwa nabi Ibrahim saat itu belum mempunyai seorang anakpun, jadi anak yang dijanjikan dalam ayat tersebut adalah anak yang pertama yaitu Ismail.
Dalam ayat-ayat selanjutnya mengisahkan dialog antara nabi Ibrahim dengan Ismail tentang perintah penyembelihan Ismail, dan beliau berdua berhasil melalui ujian yang nyata tersebut dengan amat sabar, dan Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar.
Setelah al-Qur'an mengisahkan kisah antara nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, dalam ayat selanjutnya (QS. 37.112) dikisahkan bahwa Allah SWT memberikan kabar baik akan datangnya seorang anak lagi yang bernama Ishaq :
وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (112)
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. QS. 37:112
Ayat tersebut memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa kabar gembira akan lahirnya Ishaq adalah setelah kisah kabar gembira akan lahirnya Ismail dan kisah perintah penyembelihannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa al-Qur'an menyatakan Ismail-lah yang akan disembelih bukan Ishaq.
Menurut Ibn Katsir (Juz VII/27), beberapa sahabat dan tabi’in serta sejumlah ulama yang berpendapat bahwa yang dikorbankan adalah Ishak, mereka itu tidak bersumber dari al-Qur’an maupun al-Sunnah, mungkin mereka itu terpengaruh oleh berita dari kalangan ahli kitab.
Dalam kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, mereka mengimani Ishaq sebagai orang yang dikorbankan oleh Ibrahim. Hal ini secara jelas telah diberitakan dalam kitab suci mereka (kejadian 22:2).
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak ( Kejadian 22:2)
Setelah dikaji, kalimat "yakni Ishaq" dalam ayat tersebut mempunyai kejanggalan yang teramat serius, alasannya :
Pertama : kalimat "yakni Ishaq" pada susunan tersebut adalah mubazir, karena kalimat tersebut telah sempurna justru bila tanpa "yakni Ishaq": “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi”.
Dengan susunan tersebut tentu nabi Ibrahim sudah paham siapa yang disebut sebagai anak tunggal yang dikasihinya.
Kedua : Kalimat "yakni Ishaq" kontradiksi dengan kalimat sebelumnya yang menyatakan : “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi”.
Karena ketika itu, Ismail telah lebih dahulu lahir sebagai anak nabi Ibrahim, penyebutan Ishaq sebagai anak tunggal dalam ayat tersebut tidak sesuai dengan sejarah dan itu berarti mengingkari Ismail sebagai anak sah Ibrahim.
Inilah keturunan Ismael, anak Abraham, yang telah dilahirkan baginya oleh Hagar, perempuan Mesir, hamba Sara itu (Kejadian 25:12)
Tentu saja menyebut Ishaq sebagai anak tunggal berarti mengingkari Ismail sebagai anak Ibrahim, mengingkari Ismail sebagai anak Ibrahim berarti mengingkari ayat-ayat dalam Bible itu sendiri. Firman-Nya:
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi”. (Kejadian 22:2)
Siapakah anak tunggal yang dimaksud dalam ayat tersebut ?
Ibrahim hanya mempunyai dua orang anak, yaitu Ismail dan Ishaq, Ishaq bisa disebut sebagai anak tunggal bila Ismail sebagai anak per-tama telah meninggal, tetapi kenyataannya Ismail belum meninggal. Ismail bisa disebut sebagai anak tunggal bila Ishaq belum lahir, keadaan yang kedua inilah yang paling mungkin.
Penyebutan "yakni Ishaq" dalam (kejadian 22:2) membuat fakta-fakta yang ada menjadi berantakan, ayat-ayat dalam Bible yang berhubungan dengan Ismail dan Ishaq menjadi banyak yang kontradiksi, Ishaq yang bukan anak tunggal disebut sebagai anak tunggal, Ismail yang anak sah nabi Ibrahim harus diingkari. Untuk mengingkari Ismail sebagai anak sah nabi Ibrahim, harus diingkari pula bahwa Hajar bukan istri sahnya, seperti ayat berikut ini :
Berkatalah Sara kepada Abraham: "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak." (Kejadian 21:10)
Bukankah ayat itu menyangkal Hajar dan Ismail sebagi istri dan anak nabi Ibrahim? Padahal pada kitab Ulangan disebutkan:
Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai… (Ulangan 21:15)
Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan (Ulangan 21:17).
Jadi, dari sini saja sudah nampak telah terjadi kerusakan dan manipulasi sejarah dan fakta yang ada pada ayat-ayat Bible. Jika tidak karena ada perubahan “redaksi”, maka dapat dipahami bahwa sebenarnya yang disembelih adalah anak Ibrahim yang sulung atau anak pertama, yakni Ismail. (Dirujuk dari berbagai sumber).
Wallahu a’lam bi al-shawab !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar