Minggu, 23 Juni 2019

SI MISKIN PUN BERKURBAN


SI MISKIN PUN BERKURBAN

Oleh:


Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ جَهْدُ الْمُقِلِّ وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ.
Dari Abu Huairah ra, ia bertanya: Ya Rasulallah, sadaqah apa yang paling utama? Nabi Saw bersabda: “(Sadaqah yang paling utama) adalah sadaqah maksimal yang dilakukan oleh orang yang tidak punya, dan mulailah (sadaqah) dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud No. 1679).
Status Hadis:
            Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud No. 1679 tersebut dinilai sahih oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani (Sahih al-Targhib Wa al-Tarhib, I/214). Selain diriwayatkan Abu Dawud, hadis tersebut juga diriwayatkan oleh al-Nasa-i dalam Sunan al-Nasa-i No. 2526; Ahmad dalam Musnad Ahmad No. 8702; al-Hakim dalam al-Mustadrak No. 1509; Ibn Hibban dalam Sahih Ibn HibbanNo. 2444; dan al-Bayhaqi dalam al-Sunan al-Kubra No. 7561;

Kandungan Hadis
            Hadis tersebut menerangkan tentang dua hal. Pertama tentang sadaqah yang paling utama, dan kedua tentang orang yang perlu diutamakan atau didahulukan dalam menerima sadaqah.
Pertama tentang sadaqah yang paling utamadan paling mulia adalah sadaqah yang dilakukan oleh orang miskin, yang sedikit hartanya. Ia bersadaqah karena benar-benar ingin sadaqah. Ia sadaqah bukan karena berkelebihan harta. Ia bisa bersadaqah setelah bersusah payah dan sekian lama menyisihkan hartanya sedikit demi sedikit hingga terkumpul dalam jumlah tertentu baru kemudian disadaqahkan. Menurut Badruddin al-Aini, yang dimaksud dengan kalimat afdhalus-shadaqah jahd al-muqill adalah bahwa usaha maksimal yang dilakukan orang miskin dan ditempuh dengan susah payah agar dapat menghimpun harta untuk kemudian disadaqahkan, maka itulah sadaqah yang paling utama (al-‘Aini, Syarh Sunan Abi Dawud, VI/431).
Sikap seperti ini menunjukkan kesungguhan dan rasa tawakkal yang sangat tinggi. Ia tidak mementingkan diri sendiri, ia justru mementingkan orang lain. Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh sahabat Nabi, Abu Bakar dan Umar. Ibn Hajar al-Asqalani mengutip hadis riwayat Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Hakim dari Zaid bin Aslam, dari bapaknya bahwasanya tatkala Nabi Saw menganjurkan agar kaum muslimin bersadaqah, maka Umar ingin lebih dulu dan ingin mengungguli Abu Bakar dalam bersadaqah. Pada paginya, Umar bersadaqah setengah dari hartanya. Nabi bertanya: “berapa bagian yang kau berikan untuk keluargamu, wahai Umar?”. Sama, setengahnya Ya Rasul, jawab Umar. Nabi mendoakan semoga mendapatkan barakah. Kemudian Abu bakar mensadaqahkan seluruh hartanya. Nabi bertanya, bagaimana dengan keluargamu, wahai Abu Bakar? Mereka sudah saya serahkan kepada Allah dan Rasulnya, jawab Abu Bakar. Umar berkata: “Demi Allah saya tidak sanggup lagi mengungguli Abu Bakar (al-Asqalani, Fath al-Bari, V/25; Ibn Rajab, latha-if al-Ma’arif, I/241).
Orang yang kuat dalam bersadaqah dan lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri mendapat pujian dari Allah dan dijanjikan akan mendapatkan keberuntungan. Allah berfirman: “…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung (QS. Al-Hasyr, 9).
Kedua tentang orang yang seharusnya diutamakan mendapatkan sadaqah. Dalam hadis tersebut Nabi memerintahkan agar lebih mendahulukan orang yang selama ini menjadi tanggungannya, misalnya keluarganya sendiri. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw dari Salman bin Amir:
 إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
Sesungguhnya sadaqah yang diberikan kepada orang miskin itu pahalanya satu sadaqah. Sedangkan sadaqah kepada kerabat pahalanya dapat dua, yaitu pahala sadaqah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan.”(HR. al-Nasa-i No. 2582). Al-Albani mengatakan hadis ini sahih (al-Albani, Sahih Wa Dha’if Sunan al-Nasa-i, I/17).
Berikut ini kisah nyata yang sangat mengharukan terjadi tahun 2012 M. Kisah ini dituturkan langsung oleh pedagang hewan kurban. Kisahnya menceritakan seorang miskin yang ingin bersedekah kepada ibunya sendiri dengan membantu menggapai cita-cita sang ibu untuk bisa menunaikan ibadah kurban yang telah lama diimpikannya. Berikut kisahnya:
Suatu hari, seorang wanita datang memperhatikan dagangan (hewan kurban) milik saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba menghampiri dan menawarkan kepadanya. Silakan bu..!! "Lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya, kalau yang itu berapa Pak?" tanya ibu tersebut. "Yang itu Rp.700.000 bu," jawab saya..
"Harga pasnya berapa..?" tanya kembali si Ibu.
"Rp 600.000 deh. Harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah," jawab saya..
"Tapi, uang saya hanya Rp 500 .000. Boleh pak?", pintanya.
Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya. Akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut. Saya pun mengantar hewan kurban tersebut sampai ke rumahnya. Begitu tiba di rumahnya....... Astaghfirullah. ALLAHU Akbar. Terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu.
Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga dengan ibunya yang sudah sepuh dan putranya di rumah gubug berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh. Di atas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus.
"Mak, bangun mak, nih lihat saya bawa apa..?" kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. "Mak, saya sudah belikan emak kambing buat kurban, nanti kita antar ke masjid ya mak," kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
Si nenek sangat terkejut. Tapi nampak jelas raut bahagia di wajahnya. Ia segera berjalan keluar dengan langkah yang gontai karena usianya yang senja.
Sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap: "Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berkurban," ujarnya.
"Nih pak, uangnya. Maaf ya, kalau tadi nawarnya terlalu murah, karena saya hanya seorang tukang cuci di kampung sini. Saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing, hewan kurban atas nama emak saya," kata ibu muda itu.
Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa : "Ya Allah, ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan imannya begitu luar biasa."
"Pak, ini ongkos kendaraannya," panggil ibu itu. "Sudah bu, biar ongkos kendaraannya saya yang bayar," kata saya sambil menyembunyikan mata saya yang sudah berkaca-kaca..
Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hamba-Nya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orangtuanya (sang Ibu) meski dengan segala keterbatasan ekonominya. Subhanallah…!!(Tribunjambi.com).
Untuk menggapai kemuliaan ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan yang macam-macam. Kita bisa belajar keikhlasan dari ibu ini yang dengan susah payah menyisihkan uang sedikit demi sedikit dari hasil upah cucian setiap harinya. Ibu ini menabung uangnya untuk menggapai kemuliaan hidup, bukan untuk dirinya sendiri, tapi demi  sang ibunda tercinta.
Berapa banyak di antara kita yang diberi kecukupan harta dan penghasilan, namun masih saja ada keengganan untuk berkurban. Padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yang menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan kurban.  Nah, bagaimana dalam menghadapi Idul Adha tahun ini? Sudahkah kita menyiapkan seekor hewan untuk berkurban?  Ingat kata Ibn al-Qayyim: “Ibadah kurban itu lebih utama daripada sadaqah biasa dengan nilai yang sama” (Ibn al-Qayyim, Tuhfat al-Mawlud, I/65).
Semoga kisah si miskin yang ikut kurban tadi bisa menginspirasi!


 


Kamis, 13 Juni 2019

Tujuh Golongan


TUJUH GOLONGAN

Oleh


Dr.H. Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu,  Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil; (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah; (3) seorang yang hatinya tergantung di masjid; (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya; (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’; (6) seseorang yang bershadaqah secara tersembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya; dan(7) seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. al-Bukhari No. 660 dan Muslim No. 91)


Status Hadis
            Hadis tersebut dinyatakan shahih oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab shahihnya. Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menilainya shahih (Irwa al-Ghalil,III/395). Hadis tersebut termasuk hadis yang sangat popular sehingga banyak ulama ahli hadis yang menghimpun dalam kitabnya. Di antaranya Muwatha Malik No. 3505;  Ahmad No. 9665; Al-Tirmidzi No. 2391; Al-Nasa-i No. 5380; Ibnu Khuzaimah No. 358;  Al-Thahawi No. 5847; Al-Baihaqi No. 794; Al-Thabrani No.1105; dan Ibn Hibban No. 4486.

Kandungan Hadis
            Pada hari Kiamat nanti, manusia sangat membutuhkan perlindungan Allah Azza wa Jalla. Pada hari itu mereka dikumpulkan di tempat lapang yang sangat luas, tidak ada naungan apapun juga. Mereka dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tidak memakai alas kaki, tidak ada sehelai benang pun di tubuhnya, laki-laki dan perempuan sama. Rasululluh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun (pada hari Kiamat) menuju Allah Azza wa Jalla (إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ إِلَى اللهِ) dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak dikhitan(HR. Muslim No. 7380). Yang dimaksud dengan naungan Allah adalah naungan arsy Allah (Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, II/144).
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat nanti adalah sebagai berkut:
Pertama, seorang Imam Yang Adil. Yang dimaksud dengan imam adalah seorang yang mempunyai kekuasaan besar seperti raja, presiden atau yang mengurusi urusan kaum Muslimin. Sedangkan yang dimaksud adil adalah seorang imam yang tunduk dan patuh dalam mengikuti perintah Allah Azza wa Jalla dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tanpa melanggar atau melampaui batas dan tidak menyia-nyiakannya. Intinya amanah. Seorang pemimpin yang amanah, akan berusaha sekuat tenaga untuk menyejahterakan rakyatnya, walaupun sumber daya alamnya terbatas. Sebaliknya pemimpin yang khianat sibuk memperkaya diri sendiri dan keluarga serta kolega-koleganya, dan membiarkan rakyatnya tak berdaya. Jabir bin Abdillah berkata: “Sifat amanah itu akan membawa keberkahan, sedangkan sifat khianat itu akan menimbulkan kefakiran (al-Manawi, Faidh al-Qadir, III/183).
Kedua, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah. Dalam sebuah hadis dari Salman al-Farisi Radhiyallahu anhu disebutkan (أَفْنَى شَبَابَهُ وَنَشَاطَهُ فِي عِبَادَةِ اللهِ) artinya: “Dia menghabiskan waktu mudanya dan rajin dalam beribadah kepada Allah” (al-Asqalani, Fath al-Bari,II/145). Pada umumnya, seseorang saat masa mudanya lebih condong kepada kejahatan, kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at. Namun ada orang yang di saat mudanya justru mengekang hawa nafsunya dan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Orang seperti inilah yang akan dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla .
 Untuk saat ini jarang sekali kita lihat pemuda yang mau sadar untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Maka pantas saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Ketiga, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid. Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid bisa berarti suka datang ke masjid, berdiam dan berdzikir di masjid. Di mana pun dan kapan pun,  ketika waktu shalat tiba, yang diinginkannya adalah mendatangi masjid. Selain itu juga bisa berarti suka memperhatikan masjid (dengan memberikan infak untuk kelengkapan sarana masjid) dan memikirkannya bagaimana agar masjid dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga para jamaah merasa nyaman setiap hadir dan beribadah di masjid.
Keempat, dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah juga karena-Nya. Yang dimaksud adalah mereka yang antara satu dengan yang lain berteman hanya karena Allah, sehingga teman yang dipilih adalah didasarkan kepada keshalihan dan keimanannya kepada Allah, bukan tertarik pada jabatan dan hartanya. Persahabatan tersebut dibangun di atas iman sampai datangnya kematian.
Kelima, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah. Pada tahun 1952. Buya Hamka mendapatkan undangan kehormatan ke Amerika Serikat. Selama dua bulan ia berada di negeri paman Sam itu tanpa membawa istri, saudara maupun sahabat. Malam itu, Buya Hamka beristirahat di sebuah hotel di Denver. Ia baru tiba jam sembilan dari negara bagian lainnya. Sebelum tidur, Buya Hamka mengerjakan shalat Maghrib dan Isya’ dengan jama’ qashar. Terdengar suara ketuk pintu, beberapa saat setelah ia shalat. Rupanya, seorang pelayan hotel. Dengan senyum simpul penuh hormat, pelayan itu menawarkan, “Apakah tuan malam ini perlu ditemani perempuan muda?”
Buya Hamka mengakui, saat itu dorongan hasrat lelaki memang sedang bergetar. Hampir dua bulan ia sendirian di negeri yang jauh ini. “No, thank you,” demikian jawaban tegasnya lalu menutup pintu kamar hotel itu dan beristirahat. Paginya, ketika shalat Subuh, Buya Hamka merasakan shalat kali itu lebih khusyu’ dan jauh lebih berkesan daripada sebelumnya (Tafsir al-Azhar, al-Ankabut ayat 45).
Demikianlah kira-kira contoh laki-laki yang sanggup menahan diri dari godaan wanita. Orang semacam inilah yang insya Allah masuk dalam tujuh golongan yang akan diselamatkan Allah pada hari kiamat.
            Keenam, seseorang yang bershadaqah dengan dirahasiakan sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya. Maksudnya, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Tidak diumumkan, tidak dipublikasikan.  Namun boleh saja seseorang bersedekah dengan memperlihatkan kepada orang lain dengan maksud  memberikan contoh kepada masyarakat luas supaya ikut bersedekah. Allah berfirman: Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).
            Ketujuh, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu meneteskan air matanya. Maksudnya adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya kepada Allah. Dikatakan ia berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama adalah yang disembunyikan, karena akan lebih terjaga dari riya’. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua mata yang tidak disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bergadang karena menjaga peperangan di jalan Allah”(HR. al-Tirmidzi No.1639).

            Semoga meginspirasi dan mencerahkan !