Jumat, 31 Agustus 2018

Karakter Dunia Jin

Untuk memahami "dunia lain" atau alam gaib seperti dunia jin, sebagai seorang Muslim tentu kita harus senantiasa merujuk kepada nash-nash yang shahih, baik dari Al-Qur'an maupun dari Al-Hadis karena akal dan indra manusia tidak akan mampu menelusurinya. Semua informasi tentang alam gaib seharusnya berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W. Jika ada informasi tentang jin atau alam gaib yang bertentangan dengan keduanya, wajib kita tolak karena dianggap telah mendahului Allah dan Rasul-Nya. Maksudnya, orang-orang yang beriman tidak boleh menetapkan suatu hukum sebelum ada ketetapannya dari Allah dan Rasul-Nya.

Allah S.W.T berfirman;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ ١

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya serta bertakwalah kepada Allah. sungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. AI-Hujuraat [49]: 1)

Dalam ayat ini, tidak disebutkan dalam perkara apa saja seorang mukmin tidak boleh mendahului Allah dan Rasul-Nya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam semua masalah kita harus berpedoman kepada dua sumber utama ini, baik perkataan maupun perbuatan. Seorang mukmin tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak pernah difirmankan Allah S.W.T atau disabdakan Rasulullah S.A.W. Dia juga tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan.

Di masa Rasulullah S.A.W masih hidup, jika ada suatu masalah terjadi dihadapan beliau, maka para shahabat tidak ada yang menjawab mendahului beliau. Jika dihidangkan makanan, tidak ada yang mendahului Nabi S.A.W mengambil makanan. Dan jika mereka pergi ke suatu tempat, tidak ada yang berjalan di depan Nabi S.A.W. Berkata Imam Al-Baidhawi, "Janganlah kamu putuskan suatu perkara sebelum Allah dan Rasul-Nya memutuskan hukumnya."*1

Rasulullah S.A.W juga berpesan, "Telah kutinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh pada keduanya. (Yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya." (H.R. Malik, Hakim, Baihaqi, Ibnu Nashr, dan Ibnu Hazm)

Dalam persoalan alam jin dan alam gaib, Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W seharusnya dijadikan sumber informasi pertama dan utama, bukan logika atau pengalaman spiritual sebagaimana disebutkan sebagian orang. Al-Qadhi Abdul Jabbar Al-Hamdani berkata, "Ketahuilah bahwa dalil untuk menetapkan keberadaan jin adalah as-samaa' (mendengar), bukan akal. Demikian itu, karena tidak ada jalan bagi akal untuk menetapkan benda-benda yang gaib." *2

Ustadz Muhammad Farid Wujdi — dalam Daa'irah Ma'aarif Al-Qarn Al-'Isyriin sebagaimana dinukil oleh Syaikh Usamah bin Yasin Al-Ma'ani —mengatakan, "Jin adalah makhluk sejenis arwah yang berakal serta memiliki kehendak sebagaimana manusia. Akan tetapi, mereka tidak terikat dengan materi. Kita tidak memiliki pengetahuan tentang (makhluk) sejenis arwah ini, kecuali apa yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'anul 'Azhim tentang mereka bahwa mereka adalah alam yang berdiri sendiri, mereka bersuku-suku dan berkelompok, ada yang Muslim dan ada yang kafir."

Yang menggunakan logika (akal) dalam memahami dunia jin adalah kelompok Mu'tazilah dan kaum Materialisme. Imam Al-Haramain sebagaimana dikutip oleh Syaikh Badruddin Asy-Syibli menyebutkan bahwa kelompok falasifah (para filusuf), mayoritas kelompok Qadariyyah dan kaum zindik merupakan orang-orang yang menolak adanya jin. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan akalnya semata dalam memahami sesuatu, termasuk sesuatu yang sudah ada nash-nya di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Insya Allah, dalam artikel lainnya pada blog ini kita akan mempelajari beberapa prinsip tentang alam jin yang penting diketahui setiap Muslim, khususnya bagi orang yang ingin menjadi praktisi ruqyah syar'iyyah berdasarkan AI-Qur'an, As-Sunnah, serta sumber-sumber yang valid dari ulama
salafus shalih dan ulama-ulama kontemporer yang diakui keilmuannya oleh dunia Islam.


*1 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafaasir Juz III, (Kairo: Dar Ash-Shabuni, cet. IX tt) hal. 232.

*2 Badruddin Asy-Syibli, Aakaamul Marjaan fi Ahkaamil Jaann (Beirut : Dar Al-Kutub Al-'llmiyyah, tt), hal. 7.

-- Ref Buku: Ensiklopedia Jin, Sihir, & Perdukunan – Musdar Bustamam Tambusai

Tadabbur Surah Al-Jin


Dunia jin bukan dunia khayalan atau dunia yang tidak punya realitas. Islam meyakinkan umatnya bahwa dunia jin itu benar-benar ada dan memiliki urgensi untuk diketahui dan dipahami secara benar. Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam bahkan memberikan tempat khusus bagi dunia ini di dalam sebuah surat lengkap yang disebut dengan surah Al-Jin. Bagi kaum Muslimin yang ingin memahami dunia jin bisa merujuk kepada Al-Qur'an secara umum dan kepada surah Al-Jin secara khusus agar tidak salah paham tentang dunia yang penuh misteri ini.

Oleh karena itu, sepatutnya kita terlebih dulu membaca dan mentadabburi surah Al-Jin secara singkat sebagai pengantar untuk masuk kepada pembahasan berikutnya tentang dunia yang tidak "terjangkau" nalar manusia ini. Surah Al-Jin adalah surat ke 72. Ayatnya berjumlah 28 ayat. Surah Al-Jin termasuk surat Makkiyyah (diturunkan pada periode Mekkah atau sebelum Rasulullah S.A.W hijrah ke Madinah). Awal surat menegaskan bahwa Rasulullah S.A.W tidak dapat melihat jin jika tidak diberi tahu oleh Allah S.W.T, Akhir surat menjelaskan bahwa ilmu ghaib hanya milik Allah semata. Surat ini mengandung prinsip-prinsip akidah Islam seperti wahdaniyah (keesaan Allah), Ar-Risalah ( kerasulan), Al-Ba'ts (Hari Kebangkitan) dan Al-Iaza' (balasan amal). *1

Inti pembicaraan surat ini seputar jin dan hal-hal yang berkaitan dengan alam mereka. Surah Al-Jin merupakan satu-satunya surat yang dinamakan dari makhluk gaib yang dibebani hukum (taklif) sebagaimana surah Al-Insan (manusia) yang juga diambil dari nama makhluk nyata yang dibebani hukum (taklif). Karena itulah manusia dan jin disebut ats-tsaqalain.

Dalam surah Al-Jin ini, Allah S.W.T menceritakan sebagian dari kehidupan jin dan karakternya. Pembukaan surat ini menegaskan bahwa pengetahuan Nabi Muhammad S.A.W tentang adanya makhluk Allah bernama jin yang ikut mendengarkan Al-Qur'an, semata-mata berdasarkan wahyu. Rasulullah pada awalnya tidak menyadari keberadaan jin-jin yang hadir disekitar tempat beliau membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Lalu Allah memberi-tahukan apa sebenarnya yang terjadi.

Coba renungkan awal ayat yang berbunyi: Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku". Allah perintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada para shahabatnya bahwa ada pemberitahuan dari Allah tentang sekelompok makhluk bernama jin yang ikut mendengar Al-Qur`an.*2 Rasulullah bukanlah seorang Nabi yang memiliki "indra keenam" sebagaimana keyakinan sebagian masyarakat Muslim yang percaya adanya kemampuan melihat alam gaib bagi orang-orang yang dekat kepada Allah seperti wali dan orang-orang shalih.

Ayat ini hendaknya menjadi petunjuk bagi mereka bahwa seorang Nabi dan Rasul yang sangat dekat kepada Allah dan sebagai manusia terbaik di sisi-Nya pun, tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk melihat atau mengetahui kegaiban. Kalau tidak ada pemberitahuan atau perintah dari Allah S.W.T tentang jin-jin yang hadir di majelis tempat beliau menyampaikan Al-Qur'an, niscaya Rasulullah tidak mengetahui adanya makhluk jin sekitar beliau. Semata-mata karena wahyu dari Allah, Rasulullah S.A.W. mendapatkan informasi kehadiran jin di tempat itu. Ini merupakan dalil nyata bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan alam gaib atau kegaiban, sumber informasi yang dapat dijadikan landasan adalah wahyu. Bukan akal atau logika, bukan intuisi atau mimpi, dan bukan pula "indra keenam".

Ayat-ayat di dalam surah Al-Jin ini menyebutkan bahwa bangsa jin sangat terkesima mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an sehingga membuat hati mereka bergetar. Mereka kembali kepada kaumnya menyampaikan apa yang mereka dengar dengan penuh rasa senang yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Sepanjang pesan-pesan yang disampaikan dalam surat ini, jin-jin yang mendengarkan keajaiban Al-Qur'an ini menceritakan diri mereka dan kaumnya serta karakter masing-masing kelompok mereka, baik yang beriman maupun yang kafir.

Melalui pesan-pesan yang terkandung dalam ayat-ayat surah Al-Jin ini, kita merasakan bahwa Allah seakan-akan menegaskan: “inilah penjelasan dan keterangan dari makhluk ciptaan-Ku secara langsung tentang dunia mereka, bukan melalui karangan dan cerita para pendusta yang menggambarkan tentang dunia jin secara keliru berdasarkan mitos atau khurafat yang beredar sepanjang zaman." Sesuai dengan karakter jin yang penuh misteri bagi manusia, tentu masih banyak rahasia Allah yang terkandung dalam ayat ini dan juga tentang alam jin yang sesungguhnya.Allohu 'Alam.

Manusia dan jin adalah dua makhluk berbeda alam yang tidak mungkin bersatu dalam sebuah kerja sama atau saling bantu membantu dalam sebuah urusan. Jika kerja sama itu terjadi, maka jin menjadi makhluk yang sangat diuntungkan disebabkan kemampuan jin melihat dan mengetahui keberadaan manusia dan tidak sebaliknya. Jin-jin kafir dan fasik akan memanfaatkan "kelebihan" mereka mencari titik kelemahan manusia sehingga manusia selalu terjebak dengan bujuk rayunya. Oleh karena itulah di ayat keenam digambarkan bahwa jika manusia meminta perlindungan atau apapun namanya dari pihak jin, maka sesungguhnya manusia akan sangat dirugikan dan jin-jin itu akan menyesatkan mereka.

Memang kemampuan jin dalam satu sisi sebagai makhluk gaib harus diakui lehih tinggi karena pada aspek itu Allah melebihkan mereka dari manusia. Misalnya, mereka mampu naik ke langit dan mendengarkan informasi yang beredar di sana. Artinya, mereka memiliki kecepatan yang sangat luar biasa. Sebab, antara langit dan bumi memiliki jarak yang cukup jauh untuk ukuran manusia. Setelah Nabi Muhammad S.A.W diutus menjadi Rasul, jin-jin itu tidak lagi memiliki kesempatan naik ke langit untuk mencuri berita. Setiap kali mereka naik, saat itu pula mereka akan diserang dengan panah api. Ini juga menjadi dalil bahwa segala sesuatu yang telah menjadi ketetapan (takdir) Allah, jin tidak mengetahui sedikit pun. Jin tidak pernah tahu kapan dan dimana akan turun hujan, apalagi nasib seorang anak manusia. Sebab, ketentuan Allah S.W.T disampaikan di langit kepada malaikat yang bertugas melakukan eksekusi di bumi, sementara akses jin ke sana sudah tertutup.

Adakah jin yang baik?

Seringkali seseorang menjadikan jin baik sebagai dalih untuk pembenaran keterlibatannya dengan dunia jin. Memang, jin ada yang shalih, tetapi tidak sedikit pula yang fasik, bahkan kafir. Jin-jin yang shalih sebagaimana manusia yang shalih, sangat memahami posisinya masing-masing jika dihadapkan dengan makhluk lain di luar alamnya. Allah S.W.T telah mengatur semuanya. Disana ada qanun atau undang-undang yang tidak boleh dilanggar.

Setiap makhluk ciptaan Allah memiliki karakternya masing-masing, baik dari segi penciptaan maupun interaksinya dengan dunia lain. Jin-jin shalih meyakini betul adanya undang-undang yang mengatur keterlibatannya dengan dunia manusia sehingga tidak sesuka hati bersentuhan dengannya, apalagi melibatkan diri di dalamnya. Bahkan, untuk masuk ke dunia manusia dia harus mengubah wujudnya dengan penjelmaan (tasyakkul), dan dia harus menimbang dengan aturan atau undang-undang yang ada.

Perbandingannya adalah manusia yang shalih dan taat kepada Allah. Bagaimana pun juga, jin dan manusia memiliki tanggung jawab yang sama dari aspek aturan Allah sehingga keduanya disebut ast-tsaqalain (dua makhluk yang diberi beban syari'at). Jadi, membandingkan manusia yang shalih dengan jin yang shalih tidak ada salahnya. Yang berbeda dari keduanya adalah bentuk penciptaan saja.

Orang yang shalih dan taat kepada Allah menyadari segala tindakannya harus sesuai dengan norma agama, baik dari segi akidah, ibadah, maupun akhlak. Ketika dia mengimani adanya dunia gaib ('aalamul ghaa'ib) diluar dunia nyata ('aalamusy syahaadah), maka dia menyadari sikapnya terhadap dunia gaib itu seperti apa dan bagaimana. Apakah dia dituntut untuk sekadar mengimani saja atau harus mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang terkait dengan alam itu? Jika dia menyadari bahwa tugasnya hanya mengimani keberadaan alam gaib itu, maka urusannya selesai. Namun, jika dia merasa bahwa dirinya harus masuk ke dunia itu dan mengetahui semua yang terjadi disana, maka ia akan menemukan kelemahan dirinya untuk memasuki dunia itu.

Disini, cukup baginya mengimani bahwa alam gaib itu ada dan dia tidak dituntut untuk mengetahui lebih dalam apa yang terjadi di sana. Namun, manusia-manusia pembangkang akan berusaha melibatkan dirinya dengan dunia gaib melalui cara-cara yang tidak dibenarkan sehingga setan (jin kafir atau jin fasik) akan mempermainkan manusia sesuai dengan apa yang diinginkannya. Padahal, pengetahuan gaib yang diperolehnya dengan cara-cara itu tidak lain hanyalah ilusi yang ditanamkan setan ke dalam pikirannya. Untuk menguatkan itu semua, setan kadang membantunya menciptakan opini bahwa dia benar-benar memiliki ilmu gaib, bahkan diberikan sebuah kemampuan yang tidak dimiliki manusia pada umumnya. Itulah tipu daya setan yang tidak disadarinya.

Demikianlah jin Muslim yang shalih dan ta'at, dia merasa tidak perlu melibatkan diri dengan dunia manusia, apalagi bekerja sama dalam suatu hal dan kepentingan. Sebab, ia tahu bahwa alam jin dan alam manusia berbeda sehingga mereka tidak akan pernah memiliki kepentingan yang sama. Tidak ada satu nash pun yang menjelaskan bahwa manusia dan jin dapat bekerja sama dalam bidang kehidupannya masing-masing, kecuali apa yang terjadi pada Nabi Sulaiman A.S. Dan itu adalah mukjizat yang tidak akan pernah diberikan kepada siapa pun setelahnya, termasuk kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Nabi Muhammad tidak pernah membuat suatu pasukan khusus yang terdiri dari para jin untuk melawan orang-orang kafir. Beliau juga tidak pernah mengajak jin bekerja sama membangun peradaban yang dapat dirasakan oleh manusia dan jin secara bersamaan. Rasulullah tidak pernah meminta bantuan jin untuk melakukan suatu pekerjaan, baik yang berkaitan dengan tugas keduniaan maupun yang bersifat keakhiratan, kecuali untuk menyampaikan dakwah Islam ke dunia bangsa jin, bukan ke dunia manusia.

Belum pernah ada sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa ada seorang jin dijadikan khalifah, gubernur, da'i, utusan kepada orang kafir, dan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan urusan manusia. Jin hanya mampu mengatur dunia jin dan manusia juga hanya mampu mengatur dunia manusia. Oleh karena itu, jin menyadari kelemahannya di hadapan manusia sehingga dia tidak akan dapat berinteraksi dengan manusia dan hidup bersama manusia dengan penjelmaannya. Karena keduanya memang berbeda dan tidak bisa hidup bersama.

Sebagaimana manusia, jin juga akan menerima pembalasan dari semua perbuatan dan amal ibadahnya kepada Allah. Oleh karena itu, segala sesuatu yang melanggar undang-undang akan mendapatkan balasannya, termasuk undang-undang yang mengatur kehidupan di alam jin dan hubungannya dengan dunia luar, yakni dunia manusia. Jin-jin shalih menyadari hal ini, sementara jin pembangkang atau setan tidak menghiraukan undang-undang atau ketetapan Allah sehingga mereka berupaya masuk ke dalam dunia manusia dan mencampuri semua urusan manusia. Hal tersebut memang tugas mereka yang diwariskan oleh nenek moyangnya Iblis yang telah bertekad di hadapan Allah untuk menyesatkan manusia. Jin-jin Muslim yang taat itu meyakini adanya surga dan neraka bagi mereka. Para jin Muslim yang taat akan masuk surga, sedangkan jin-jin pembangkang akan masuk neraka.

Surah Al-Jin diakhiri dengan sebuah ayat yang sangat tepat dan akurat dari pengakuan jin Muslim melalui firman Allah S.W.T Dunia jin adalah dunia gaib bagi manusia dan disana masih banyak kegaiban-kegaiban selain dunia jin. Di akhir ayat surah Al-Jin ini, jin mengakui bahwa yang memiliki pengetahuan tentang dunia gaib hanyalah Allah S.W.T dan kegaiban itu tidak akan diperlihatkan kepada siapa pun, kecuali kepada rasul yang diridhai Allah S.W.T. Lafaz "rasul" di ayat ini sifatnya umum, bisa rasul dalam artian malaikat (ar-rasuulul malaki) yang diutus Allah kepada manusia untuk melaksanakan tugasnya dan bisa juga rasul dari golongan manusia (ar-rasuulul basyari), yaitu para rasul Allah S.W.T.

Jadi, malaikat diberi Allah sebagian pengetahuan tentang kegaiban berkaitan dengan tugas mereka. Adapun manusia yang diberi pengetahuan tentang kegaiban adalah para rasul. Mereka diberi wahyu oleh Allah S.W.T tentang berbagai urusan, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Adapun pengetahuan gaib (‘ilmul ghaa’ib) yang bersifat permanen bagi diri seorang rasul, sejauh ini belum ada nash yang menjelaskan. Bahkan, Nabi Muhammad S.A.W sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an mengakui bahwa dirinya tidak memiliki ilmu kegaiban. Jika beliau mengetahui sebagian peristiwa yang akan datang, maka itu karena adanya berita dari Allah S.W.T

Berkaitan dengan dunia jin yang gaib, Allah hanya memberikan ilmu itu kepada Nabi Sulaiman A.S saja. Inilah kelebihan Nabi Sulaiman A.S yang sekaligus menjadi mukjizatnya. Rasulullah S.A.W juga tidak memiliki kemampuan atau ilmu yang permanen untuk mengetahui dunia jin. Jika ada peristiwa beliau bersinggungan dengan dunia jin, maka itu hanyalah bersifat kasuistik; Artinya, Rasulullah tidak menguasai dunia jin sebagaimana Nabi Sulaiman A.S yang diberikan Allah S.W.T mukjizat untuk mengatur dunia manusia, dunia jin, dunia binatang, dan sebagainya. Dan hal ini diakui oleh Rasulullah S.A.W sebagai mukjizat Nabi Sulaiman A.S yang tidak akan dimilikinya.

Jika hari ini banyak orang yang mengakui bahwa dirinya bisa memerintahkan jin, menguasai jin, bisa menangkap jin, memiliki khadam dari bangsa jin, dan dapat bekerja sama dengan bangsa jin, maka pertanyaannya: Apakah dia seorang rasul yang memiliki kemampuan yang sama dengan Nabi Sulaiman A.S dan lebih mulia dari Rasulullah S.A.W yang nyata-nyata mengakui bahwa dirinya tidak akan bisa menyamai Nabi Sulaiman A.S? Padahal, Nabi Muhammad S.A.W adalah manusia yang paling mulia dan paling dekat dengan Allah S.W.T. Apakah manusia-manusia lemah itu menyadari posisinya dibanding Baginda Rasulullah Muhammad S.A.W? Ataukah kesombongannya yang membuat dirinya merasa mampu untuk menyamai Nabi Sulaiman A.S?. Sungguh, iblis dan setanlah yang telah menguasai dirinya sehingga seakan-akan dirinya mengetahui segala urusan yang berkaitan dengan kegaiban. Sayangnya, ada dari sebagian mereka yang merasa lebih hebat dari Nabi Muhammad S.A.W itu, mengaku berasal dari kaum pelajar, yang terkadang suka mengultuskan para gurunya hingga dianggap memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya.Subhanallah! Wallaahu A’lam.

Secara garis besar, ada beberapa pesan yang terkandung dalam surah Al-Jin, antara lain:

  1. Kita harus mengimani adanya makhluk bernama jin dan alamnya;
  2. Kita harus meyakini bahwa Yang Mahakuasa dan Maha Berkehendak adalah Allah S.W.T, sedangkan jin hanyalah makhluk ciptaan-Nya yang memiliki banyak kelemahan sebagaimana manusia;
  3. Kita harus meyakini bahwa ayat-ayat Al-Qur'an dapat memberi pengaruh kepada jin sebagaimana juga dapat berpengaruh kepada manusia;
  4. Beberapa sifat-sifat jin yang harus kita waspadai diantaranya:
    1. Mereka ada yang sesat dan menyesatkan, tapi ada juga yang beriman;
    2. Mereka tidak dapat memberi manfaat ketika manusia meminta perlindungan kepada mereka;
    3. Mereka tidak punya kekuatan ketika dihadapkan dengan kekuatan Allah S.W.T.

*1 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafaasir Juz III, (Kairo: Dar Ash-Shabuni, cet. IX tt) hal. 457

*2 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafaasir Juz III, (Kairo: Dar Ash-Shabuni, cet. IX tt) hal. 458

-- Ref Buku: Ensiklopedia Jin, Sihir, & Perdukunan – Musdar Bustamam Tambusai

Minggu, 26 Agustus 2018

PUJIAN SEBELUM SHALAT


Pujian Sebelum Shalat Jamaah

Oleh:

  

Dr.H.Achmad Zuhdi Dh, M.Fil I
 Teks Hadis
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ قَالَ مَرَّ عُمَرُ بِحَسَّانِ بْنِ ثاَبِتٍ وَهُوَ يُنْشِدُ فِيْ الْمَسْجِدِ فَلَحَظَ إلَيْهِ فَقَالَ قَدْ أنْشَدْتُ وَفِيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إلَى أبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ أسَمِعْتَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ أجِبْ عَنِّيْ اَللّهُمَّ أيَّدْهُ بِرُوْحِ اْلقُدُسِ قَالَ اَللّهُمَّ نَعَمْ
            Dari Sa’id bin al-Musayyib, ia berkata, “Suatu ketika Umar berjalan kemudian bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab, ‘aku pernah melantunkan syair di masjid (padahal) saat itu ada seorang yang lebih mulia darimu (Nabi Muhammad Saw).’ Kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. ‘Bukankah engkau telah mendengarkan sabda Rasulullah SAW: “Jawablah pertanyaanku, ya Allah mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus”. Abu Hurairah lalu menjawab, ‘Ya Allah, benar (aku telah medengarnya)”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan lain-lain).
Status Hadis
            Dalam kitab al-Silsilah al-Shahihah, II/642, al-Albani mengatakan bahwa hadis tersebut  termuat dalam Shahih Muslim, VII/162-163, Sunan Abu Dawud, II/316, al-Thayalisi, 304, Ahmad, II/269,V/222, dari al-Zuhri, dari Sa’id, dan dari Abu Hurairah. Dalam riwayat Ahmad ada tambahan kalimat yang menjelaskan:
فانصرف عمر و هو يعرف أنه يريد رسول الله صلى الله عليه وسلم
Kemudian Umar berpaling pergi, dan ia mengetahui yang dimaksud dengan orang (yang lebih baik dari dirinya) adalah Rasulullah Saw. Kata al-Albani, sanad hadis tersebut shahih.
Kandungan Hadis
       Hadis tersebut menjelaskan bahwa suatu hari Umar bin Khattab bertemu Hassan bin Sabit (sang penyair) yang sedang melantunkan syairnya di dalam masjid. Saat itu Umar menegurnya, namun Hassan tidak terima lalu mengatakan kepada Umar bahwa dirinya pernah melantunkan syair di masjid dan Rasulullah Saw membiarkannya. Untuk meyakinkan Umar ia minta kesaksian Abu Hurairah untuk membenarkannya. Setelah itu Umar berpaling dan pergi.
            Hadis ini, oleh sebagian ulama, dijadikan dasar bolehnya puji-pujian sebelum  shalat berjamaah. Yang dimaksud dengan puji-pujian sebelum shalat berjamaah adalah membaca syair-syair dengan suara keras yang berisi puji-pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi Saw dan kata-kata nasihat dari orang bijak, seperti “tombo ati” dan lain sebagainya. 
                   Banyak masjid di Indonesia yang mempraktikkan pujian-pujian ini, terutama di pedesaan. Pujian-pujian ini biasanya dilakukan pada saat jeda antara adzan dan iqamah jelang shalat berjamaah. hal tersebut dilakukan sambil menunggu jamaah lain serta sang imam datang. Pujian biasanya dipimpin oleh muadzdzin dan diikuti jamaah yang sudah datang. Pujia-pujian biasanya diambil dari bacaan shalawat, dzikir, istighfar, dan terkadang syair-syair berbahasa Jawa yang mengandung nasihat dan ajaran agama dan dibaca dengan suara keras.
                Puji-pujian tersebut sudah menjadi tradisi di Indonesia sejak dulu. Tidak sedikit dari syair-syair pujian tersebut yang dibuat oleh Wali Songo. Hal tersebut dimaksudkan untuk menarik warga agar ikut hadir dan shalat berjamaah di masjid. 
            Di kalangan ulamaIndonesia, puji-pujian dengan suara keras sebelum shalat jamaah telah menjadi khilafiyah (perbedaan pendapat). Sebagian ulama membolehkan bahkan cenderung menganggapnya sunnah. Sementara ulama yang lain tidak membolehkan bahkan membid’ahkannya.
            Ulama yang membolehkan dan cenderung menganggapnya sunnah antara lain beralasan sebagai berikut:
            Pertama, Syaikh Isma’il al-Zain menjelaskan bahwa hadis tersebut menunjukkan bolehnya melantunkan syair yang berisi puji-pujian, nasihat, pelajaran tata krama dan ilmu yang bermanfaat di dalam masjid (Irsyadul Mu’minin ila Fadha’ili Dzikri Rabbil ‘Alamin, 16).
            Kedua, dari sisi syiar dan penanaman akidah umat, selain menambah syiar agama, amaliah ini (pujian) merupakan strategi yang sangat jitu untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Karena di dalamnya terkandung beberapa pujian kepada Allah SWT, dzikir dan nasihat. Selain itu, dari aspek psikologis, lantunan syair yang indah dapat menambah semangat dan mengkondisikan suasana. Dalam hal ini, tradisi yang telah berjalan di masyarakat tersebut dapat menjadi semacam warming up (persiapan) sebelum masuk ke tujuan inti, yakni shalat berjamaah.
            Ketiga, puji-pujian tersebut dapat sebagai upaya untuk mengobati rasa jemu sembari menunggu waktu shalat jama’ah dilaksanakan. Selain itu dimaksudkan agar para jama’ah tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu ketika menunggu shalat jama’ah dilaksanakan.
            Sedangkan ulama yang tidak membolehkan dan menganggapnya bid’ah antara lain beraasan sebagai berikut:
            Pertama, memang mengucapkan puji-pujian kepada Allah Swt adalah sebuah ibadah yang sangat baik dan dianjurkan. Termasuk juga membaca shalawat dan salam kepada Nabi Saw. Sebab Allah SWT dan para malaikatNya pun telah bershalawat kepadanya. Maka Allah SWT pun memerintahkan umat Islam untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi dan Rasul termulia itu (QS. al-Ahzab, 56). Tetapi, perlu diketahui bahwa tidak terdapat satu hadis pun yang menerangkan pentingnya membaca shalawat dan salam dengan suara keras sebelum shalat jamaah. Jadi pada masa Nabi Saw dan sahabat masih hidup, tradisi puji-pujian sebelum shalat itu tidak ada atau tidak dianjurkan. Mengenai hadis riwayat Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud dari Said bin al-Musayyib yang menerangkan adanya sahabat (Hassan bin Sabit) membaca syair di masjid tersebut memang benar (shahih), tetapi tidak dibaca sebelum shalat jamaah. Jadi tidak bisa dijadikan dalil untuk bolehnya membaca puji-pujian sebelum shalat jamaah.
              Kedua, sebelum shalat jamaah dilaksanakan, biasanya ada beberapa orang yang datang duluan kemudian melaksanakan shalat sunnah qabliah/ tahiyyatul masjid. Karena itu, jika ada beberapa orang yang membaca puji-pujian dengan suara keras maka dikhawatirkan akan mengganggu kekhusyu’an orang yang sedang shalat sunnah.Agar tidak mengganggu orang yang sedang shalat, maka sambil menunggu jamaah yang lain, masing-masing dapat membaca tasbih, shalawat dan istighfar serta doa-doa dengan suara pelan atau sirr, tidak dengan suara keras seperti lazimnya puji-pujian. 

              Ketiga, Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah memerintahkan mereka (para sahabat) agar dzikr takbir dan tahlilyang dilakukan dengan suara keras itu ditinggalkan. Nabi bersabda  :

إِرْبَعُوْا عَلَي أَ نْفُسِكُمْ  فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَلاَغَائِبًا إِنَّمَا تَدْعُوْنَ سَمِيْعًا قَرِيْبًا  (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: Sembunyikanlah (lembut dan rendahkanlah) suaramu, karena sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada yang tuli dan ghaib (tidak ada di situ), tetapi kamu sesungguhnya berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Selain hadis tersebut, dalam al-Quran, Allah juga memerintahkan :
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ  
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (QS.Al-A’raf, 205).
            Demikian perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai puji-pujian sebelum shalat berjamaah. Untuk lebih berhati-hati, kita dapat mengambil sikap tidak membiasakan puji-pujian dengan suara keras sebelum shalat berjamaah. Sebagai gantinya, kita bisa mengisi waktu tunggu tersebut untuk berdzikir dan berdoa dengan suara pelan dan penuh kekhusyu’an.  Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya berdo’a antara adzan dan iqomah itu tidak tertolak (mudah dikabulkan), maka pergunakanlah untuk berdo’a.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi). Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih (Irwa al-Ghalil, I/262).
              Memang masalah puji-pujian sebelum shalat berjamaah ini mash menjadi khilafiyah di kalangan ulama hingga kini. Seperti yang dipaparkan di atas, ada dua pendapat mengenai pujia-pujian, ada yang membolehkan dan ada yang tida membolehkan.  Masalah khilafiyah seperti ini sudah biasa terjadi dan sulit dihindari, dan masing-masing mempunyai argumentasi. Karena itu, untuk menjaga tetap terjaganya ukhuwwah islamiyah, kita harus bisa menghormati adanya perbedaan pendapat, dan jangan sampai hal ini menjadi penyebab terputusnya silaturrahim.
            Wallahu a’lam bishshawab !

Senin, 20 Agustus 2018

Prinsip-prinsip Islam Mengenai Jin dan Setan

1. DI ANTARA DASAR AKIDAH ISLAM ADALAH BERIMAN KEPADA YANG GHAIB.

Salah satu bentuk keimanan kita kepada yang ghaib adalah kita mengimani tentang keberadaan jin dan setan. Allah d berfirman:

ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣

mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka

Ibnu Mas'ud mengatakan, "Yang ghaib" ialah sesuatu yang tidak terlihat oleh kita dan hal itu diberitahukan oleh Allah c dan Rasul-Nya kepada kita.6)

a. Dalil dari Al-Qur'an

Allah c berfirman:

يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ رُسُلٞ مِّنكُمۡ يَقُصُّونَ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِي وَيُنذِرُونَكُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَاۚ قَالُواْ شَهِدۡنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَاۖ وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَشَهِدُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰفِرِينَ ١٣٠

Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir (Al-An’am:130)

Allah c juga berfirman:

وَإِذۡ صَرَفۡنَآ إِلَيۡكَ نَفَرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ أَنصِتُواْۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ ٢٩

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan” (Al Ahqaf:29)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat AI-Qur'an yang menyebutkan tentang keberadaan jin.

b. Diantara dalil dari Sunnah

Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, "Kami pernah bersama-sama Rasulullah g pada suatu malam. Lalu kami kehilangan beliau sehingga kami mencarinya ke beberapa lembah dan perkampungan. Kemudian kami berkata, 'Dia dibawa terbang atau terbunuh: Kemudian malam itu kami bermalam dengan keadaan yang buruk bersama orang-orang.

Pada pagi harinya tiba-tiba beliau datang dari arah Hira’ Ibnu Mas'ud berkata, lalu kami berkata, 'Wahai Rasulullah g kami kehilangan engkau lalu kami mencarimu, tetapi kami tidak menemukanmu sehingga kami bermalam dengan keadaan yang buruk bersama orang-orang.' Rasulullah g berkata, 'Telah datang kepadaku da’i dari bangsa jin. Lalu aku pergi bersama mereka kemudian aku bacakan Al-Qur'an kepada mereka.'

Ibnu Mas'ud berkata, 'Kemudian Rasulullah g pergi bersama kami lalu memperlihatkan kepada kami bekas-bekas mereka dan bekas-bekas api mereka. Mereka bertanya kepadanya tentang bekal (makanan) mereka, lalu Nabi g berkata, 'Bagi kalian setiap tulang yang disebutkan nama Allah c padanya (ketika menyembelihnya), ia jatuh ke tangan kalian menjadi makanan dan setiap kotoran dari binatang kalian.' Kemudian Rasulullah g berkata, 'Karena itu, janganlah kalian beristinja' dengan kedua benda tersebut karena keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian."(HR Muslim).

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ الْأَنْصَارِيِّ ثُمَّ الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ قَالَ لَهُ إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ بَادِيَتِكَ فَأَذَّنْتَ بِالصَّلَاةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abdurrahman bin Abdullah bin 'Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah Al Anshari Al Mazini dari Bapaknya bahwa ia mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Sa'id Al Khudri berkata kepadanya: "Aku lihat kamu suka kambing dan lembah (penggembalaan). Jika kamu sedang menggembala kambingmu atau berada di lembah, lalu kamu mengumandangkan adzan shalat, maka keraskanlah suaramu, karena tidak ada yang mendengar suara mu'adzin, baik manusia, jin atau apapun dia, kecuali akan menjadi saksi pada hari kiamat." Abu Sa'id berkata: "Aku mendengarnya dari Rasulullah g." (HR. Bukhari)

c. Dalil Aqli: Tidak terlihat bukan berarti tidak ada

Tidak terlihatnya jin bukan berarti tidak ada. Berapa banyak hal yang tidak dapat kita lihat tetapi benda itu ada. Misalnya arus listrik, ruh, udara. Kita meyakini keberadaannya namun tidak melihatnya.



2. ISLAM MENJADIKAN AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH SEBAGAI SUMBER RUJUKAN DALAM MENGENAL MASALAH GHAIB

Setiap informasi tentang yang ghaib selain dari keduanya harus kita tolak, kecuali yang selaras dengan ajaran AI-Qur'an dan As-Sunnah. Allah c berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ ١

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Al-Hujurat: 1)


3. ALLAH MENCIPTAKAN JIN DAN MANUSIA UNTUK SATU TUJUAN YAKNI MENGABDI KEPADA ALLAH

Allah d berfirman:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-Dzariyyat: 56)

Allah c berfirman:

يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ رُسُلٞ مِّنكُمۡ يَقُصُّونَ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِي وَيُنذِرُونَكُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَاۚ قَالُواْ شَهِدۡنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَاۖ وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَشَهِدُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰفِرِينَ ١٣٠

Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir (Al An'am: 130)


4. JIN DICIPTAKAN DARI PERCIKAN API SEBELUM MANUSIA DICIPTAKAN

Banyak nash yang menjelaskan tentang asal penciptaan jin. Ayat- ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi g menunjukkan secara tegas bahwa jin diciptakan dari api. Allah c berfirman:

وَخَلَقَ ٱلۡجَآنَّ مِن مَّارِجٖ مِّن نَّارٖ ١٥

dan Dia menciptakan jin dari nyala api (Ar-Rahman: 15)

Ibnu Abbas 7) dalam tafsir ayat ini, berkata, "Dari nyala api yakni dari inti api." Dalam riwayat lain, yakni dari ujung nyalanya.8), Allah b juga berfirman:

وَٱلۡجَآنَّ خَلَقۡنَٰهُ مِن قَبۡلُ مِن نَّارِ ٱلسَّمُومِ ٢٧

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas (Al-Hijr:27)


Allah b berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ١٢

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (Al-A'raf:12)

Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah i ia berkata "Rasulullah g, bersabda:

خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan-Nya kepada kalian."(HR Muslim).


5. JIN JUGA MAKAN DAN MINUM SEPERTI HALNYA MANUSIA.

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

Jika seseorang diantara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula." (HR Muslim)

Nabi g juga bersabda kepada para jin ketika mereka menemui Nabi g di padang pasir;

... لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِي أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعْرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ g فَلَا تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ

"... Bagi kalian setiap tulang yang disebutkan nama Allahc pada nya (ketika menyembelihnya), ia jatuh ke tangan kalian menjadi makanan dan setiap kotoran dari binatang kalian." Kemudian Rasulullah g berkata, "Karena itu, janganlah kalian beristinjo' dengan kedua benda tersebut karena keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian” .(HR Muslim).

Ini menunjukkan mereka makan dan minum, diantara makanannya adalah tulang dan kotoran hewan.


6. JIN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari Anas h ia berkata: Apabila masuk WC, Nabi g, membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari setan laki-laki dan setan perempuan” (HR. Bukhari, Muslim).

lbnu Al-Atsir 9) berkata, "Al-khubutsi bentuk plural dari al-khabits, sedangkan al-khabaits bentuk plural dari khabitsah yakni setan laki-laki dan setan perempuan".

Disini dapat dipahami bahwa ada jin lelaki dan ada pula jin perempuan. Dari pengalaman penulis selama ini menangani orang-orang yang kesurupan atau terkena sihir, maka diantara jin yang merasuk ke dalam tubuh manusia itu ada pula yang menyeleweng dari ketetapan jenis mereka, yaitu jin banci layaknya di manusia, ada laki-laki, perempuan dan pula yang menyeleweng menjadi banci dan sejenisnya. Wallahu alam.


7. JIN JUGA KAWIN DAN BERKETURUNAN:

Allah b berfirman;

وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ ...أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا ٥٠

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Al Kahfi: 50)

Sebagian Ulama berdalil dengan firman Allah c:

فِيهِنَّ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ إِنسٞ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنّٞ ٥٦

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 56)

Ini menunjukkan bahwasanya jin melakukan hubungan suami istri (jima'). Imam Qatadah saat menafsirkan ayat ini (أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ) “Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya...” ia berkata, "Yaitu anak-anak setan, mereka memiliki keturunan (berkembang biak) seperti anak keturunan Adam (manusia) bahkan jumlah mereka lebih banyak dari jumlah manusia.

Imam Sya'bi pernah ditanya tentang Iblis apakah dia memiliki istri (pasangan) beliau menjawab, "itu adalah pernikahan yang pernah aku dengar namun aku tidak pernah melihatnya." 10)


8. SETAN MEMPUNYAI TANDUK

Sebagaimana disebutkan di dalam sebuah riwayat dari Amir bin Anbasah h ia berkata, Rasulullah g bersabda:

فَإِنَّهَا تَطۡلُعُ حِيۡنَ تَطۡلُعُ بَيۡنَ قَرۡنَيۡ شَيۡطَانَ وَإِنَّهَا تَغۡرُبُ بَيۡنَ قَرۡنَيۡ شَيۡطَانٍ

"Sesungguhnya matahari terbit di antara dua tanduk setan dan terbenam di antara duo tanduk setan. (HR Al-Bukhari dan Muslim).


9. JIN, SAMA SEPERTI MANUSIA DALAM MASALAH AKIDAH

Mereka ada yang beragama Islam, Nashrani dan Yahudi. Bahkan di kalangan jin Muslim sebagaimana manusia Muslim, ada yang menganut aliran Qadariyah, Syiah. Ahlus-Sunnah, Ahlu Bid'ah dan sebagainya. Ada juga yang bertakwa, taat dan bermaksiat. Allah c berfirman:

وَأَنَّا مِنَّا ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَۖ كُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدٗا ١١

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jinn:11)

Imam Al-Qurthubi 11) berkata, "Jin tidak semua kafir akan tetapi diantara mereka ada yang kafir ada pula yang beriman. Diantara mereka ada yang beriman dan saleh. Ada pula yang beriman namun mereka tidak saleh.

Said bin Al Musayyib 12) berkata, "Jin ada yang beragama Islam, Yahudi, Nasrani bahkan Majusi."

Imam As-Suddy 13) berkata, "Jin seperti manusia dalam masalah akidah, diantara mereka ada yang berakidah Qadariyah, Murjiah, Khawarij, Rafidhah, Syiah, Sunni dan lain-lain." 14)


10. JIN TAKUT KEPADA MANUSIA

Mujahid berkata 15); "Sesungguhnya mereka (jin) takut kepada kalian sebagaimana kalian juga takut kepada mereka." Diriwayatkan pula dari Mujahid, ia berkata, "Setan lebih takut kepada kalian, karena itu jika dia menampakkan dari kepada kalian janganlah kalian takut karena akan mengalahkan kalian, tetapi bersikap keraslah kepadanya karena dia akan pergi."

Hal ini tentu masuk akal karena saat manusia memiliki keimanan yang kuat maka setan takut pada dirinya, karena pada dasarnya setan dari golongan jin adalah makhluk yang lemah dan hina.

Allah c berfirman:

... فَقَٰتِلُوٓاْ أَوۡلِيَآءَ ٱلشَّيۡطَٰنِۖ إِنَّ كَيۡدَ ٱلشَّيۡطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا ٧٦

... sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (An-Nisa:76)


Rasulullah g bersabda:

إِيهٍ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ

"Biarlah wahai Ibnul Khatthab, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, selamanya syetan tidak akan bertemu denganmu di satu jalan yang kamu lewati melainkan syetan akan melewati jalan selain jalanmu."(HR Al-Bukhari).


11. IBLIS ADALAH KETURUNAN JIN YANG MEMBANGKANG DARI PERINTAH ALLAH, DAN BUKAN DARI GOLONGAN MALAIKAT

Allah c berfirman:

وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا ٥٠

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Al-Kahf: 50)

Imam Al-Mawardi 16) berkata, "Iblis adalah bagian dari jin, sebagai-mana firman Allah di atas, Iblis tidak dapat dikategorikan sebagai malaikat karena beberapa sebab:

  • Iblis memiliki keturunan, sedangkan malaikat tidak memiliki ketu-runan.
  • Para malaikat adalah utusan Allah mereka tidak mungkin melakukan tindakan kekufuran, sedangkan Iblis banyak diantara mereka (para pengikutnya pent-) yang kafir.17)

Imam Al-Hasan Al Basri 18) berkata, "Iblis sama sekali bukan bagian dari malaikat, karena Iblis itu aslinya adalah jin, seperti asal manusia adalah Nabi Adam n 19)


12. SETAN ADALAH SEBUTAN BAGI PEMBANGKANG DARI GOLONGAN JIN DAN MANUSIA, SEBAGAI MUSUH BAGI SETIAP ORANG BERIMAN

Allah d berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (Al-An'am:112)

Kata "شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ" ini adalah "kata sifat" untuk mengungkapkan sikap "penentangan atau pembangkangan", ini adalah pendapat mayoritas ahli tafsir (Almufassirin). 20)


14. JIN TIDAK DAPAT MENAMPAKKAN DIRI KEPADA MANUSIA DALAM BENTUK ASLINYA, TETAPI JIN BISA MELAKUKAN PENYERUPAAN KE DALAM BENTUK TERTENTU

Setan dari golongan Jin dapat menyerupai manusia

حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ؛ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرَّ بَيْنَ يَدَيْ أَحَدِكُمْ شَيْءٌ وَهُوَ يُصَلِّي فَلْيَمْنَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيَمْنَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَليُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ.

وَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ

Telah bercerita kepada kami Abu Ma'mar telah bercerita kepada kami 'Abdul Warits telah bercerita kepada kami Yunus dari Humaid bin Hilal dari Abu Shalih dari Abu Sa'id berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Jika ada seseorang lewat di hadapan salah seorang dari kalian yang sedang shalat, hendaklah dicegahnya. Jika tidak mau dicegahnya lagi dan jika tetap tidak mau, maka perangilah karena dia adalah setan."

Dan 'Utsman bin Al Haitsam berkata telah bercerita kepada kami 'Auf dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadlan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan: "Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Lalu Abu Hurairah menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata: "Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursiy karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta'ala dan setan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu setan." (HR. Muslim)

Lihat juga hadits Abu Hurairah yang menerangkan bahwa ia disuruh Rasulullah g manjaga harta zakat Ramadhan, kemudian datang setan dari golongan jin mencuri harta tersebut 21). Iblis juga pernah menyerupai Suraqah bin Malik dalam perang Badar 22).


Setan dari golongan Jin dapat menyerupai anjing

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا مَنْصُورُ بْنُ زَاذَانَ وَيُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا كُلِّهَا فَاقْتُلُوا مِنْهَا كُلَّ أَسْوَدَ بَهِيمٍ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَجَابِرٍ وَأَبِي رَافِعٍ وَأَبِي أَيُّوبَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَيُرْوَى فِي بَعْضِ الْحَدِيثِ أَنَّ الْكَلْبَ الْأَسْوَدَ الْبَهِيمَ شَيْطَانٌ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ الْبَهِيمُ الَّذِي لَا يَكُونُ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ الْبَيَاضِ وَقَدْ كَرِهَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ صَيْدَ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ الْبَهِيمِ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' berkata: telah menceritakan kepada kami Hisyaim berkata: telah mengabarkan kepada kami Manshur bin Zadzan dan Yunus bin Ubaid dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sekiranya anjing-anjing itu bukan suatu umat, sungguh aku akan perintahkan untuk membunuh mereka semua. Maka bunuhlah semua anjing yang berwarna hitam pekat."

Abu Isa berkata: "Hadits Abdullah bin Mughaffal derajatnya hasan shahih. Dalam sebagian hadits diriwayatkan bahwa anjing yang berwarna hitam pekat adalah setan dan anjing yang berwarna hitam pekat adalah anjing yang tidak memiliki warna putih sedikitpun. Dan sebagian ulama memakruhkan hasil buruan dari anjing yang berwarna hitam pekat." (HR. Tirmidzi)

... عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ ...

... dari Abdullah bin ash-Shamit dari Abu Dzarr dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian hendak shalat, sebaiknya kamu membuat sutrah (penghalang) di hadapannya yang berbentuk seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, apabila di hadapannya tidak ada sutrah seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, maka shalatnya akan terputus oleh keledai, wanita, dan anjing hitam.' Aku bertanya, 'Wahai Abu Dzarr, apa perbedaan anjing hitam dari anjing merah dan kuning? Dia menjawab, 'Aku pernah pula menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana kamu menanyakannya kepadaku, maka jawab beliau, 'Anjing hitam itu setan'... (HR, Muslim)

Setan dari golongan Jin dapat menyerupai bentuk lainnya

Dalam kitab Risalatul Jinni, hal. 32. lbnu Taimiyah berkata; jin juga bisa menyerupai bentuk manusia dan binatang, seperti ular, kalajengking, unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai, burung dan anak keturunan Adam 23).


15. SEBAGIAN BINATANG DAPAT MELIHAT SETAN

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا

dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian mendengar suara kokok ayam mohonlah kepada Allah karunia-Nya karena saat itu ayam itu sedang melihat malaikat dan bila kalian mendengar ringkik suara keledai mohonlah perlindungan kepada Allah karena saat itu keledai itu sedang melihat setan". (HR. Al-Bukhari)


16. SETIAP MANUSIA DIIKUTI OLEH DUA QARIN: JIN DAN MALAIKAT. MALAIKAT SELALU MEMBISIKKAN KEBAIKAN, SEBALIKNYA JIN SELALU MEMBISIKKAN KEJELEKAN DAN KEJAHATAN

Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud h, Rasulullah g bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ؛ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنْ الْجِنِّ قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِيَّايَ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ

dari Abdullah bin Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin." Mereka bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? beliau menjawab: "Aku juga..., hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam, ia hanya memerintahkan kebaikan padaku." (HR. Muslim)


17. JIN MENCURI DENGAR DARI LANGIT

Allah c berfirman:

وَأَنَّا لَمَسۡنَا ٱلسَّمَآءَ فَوَجَدۡنَٰهَا مُلِئَتۡ حَرَسٗا شَدِيدٗا وَشُهُبٗا ٨ وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابٗا رَّصَدٗا ٩

dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (Al Jinn,8-9)

Diriwayatkan dari Aisyah i , ia berkata. "Aku bertanya kepada Rasulullah g, 'Mengapa para tukang ramal (dukun) itu meramalkan sesuatu kemudian terjadi sesuai dengan yang diramalkan?' Nabi bersabda, 'Itu adalah kalimat yang benar yang dicuri oleh jin kemudian disampaikannya ke telinga walinya kemudian dia menambahnya dengan seratus kebohongan. 24)


18. SETAN LARI KETIKA MENDENGAR ADZAN DIKUMANDANGKAN

Dari Abu Hurairah h, Rasulullah g bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ؛ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى

Jika adzan dikumandangkan, maka setan pun segera lari (sejauh-jauhnya) sambil membuang "angin" sampai ia tidak lagi mendengar suara adzan tersebut. Jika adzan telah selesai dikumandangkan, setan pun kembali (ke hadapan manusia). Jika shalat sudah didirikan (iqamat dikumandangkan), maka setan pun kembali lari menjauh, dan jika iqamat sudah selesai dikumandangkan, setan pun kembali (don mulailah) mengganggu, memaling-malingkan konsentrasi dan membisik-bisikkan, "Ingatlah ini, ingatlah itu!" Hingga akhirnya muslim yang shalat tadi tidak tahu lagi sudah berapa rakaat shalat yang sudah dia kerjakan. (HR. Bukhari dan Muslim).


19. MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA JIN ADALAH HARAM, SEPERTI MINTA PERLINDUNGAN DIRI, KESEHATAN, KESELAMATAN, HARTA, RUMAH, KANTOR, KEBUN, KENDARAAN, JABATAN, USAHA, AGAMA, DAN LAINNYA

Allah b, berfirman:

وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ قَدِ ٱسۡتَكۡثَرۡتُم مِّنَ ٱلۡإِنسِۖ وَقَالَ أَوۡلِيَآؤُهُم مِّنَ ٱلۡإِنسِ رَبَّنَا ٱسۡتَمۡتَعَ بَعۡضُنَا بِبَعۡضٖ وَبَلَغۡنَآ أَجَلَنَا ٱلَّذِيٓ أَجَّلۡتَ لَنَاۚ قَالَ ٱلنَّارُ مَثۡوَىٰكُمۡ خَٰلِدِينَ فِيهَآ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٞ ١٢٨

Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al An'am: 128)


وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٞ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٖ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقٗا ٦

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al Jinn: 6)

Ibnu Jarir Ath-Thabari 25) berkata, "Sesungguhnya Allah c ; mengingatkan kita tentang beberapa orang manusia yang meminta perlindungan kepada setan saat mereka dalam perjalanan dan bermalam dalam perjalanan." Ibnu Abbas h berkata, "Orang-orang di zaman jahiliah apabila mereka melewati satu lembah mereka berkata, 'Aku berlindung kepada Jin yang menguasai lembah ini. Karena perkataan mereka ini maka bertambahlah kefasikan orang tersebut." 26)

Budaya jahiliah seperti ini masih banyak ditengah masyarakat sampai saat ini, seperti saat mereka mau melewati satu tempat mereka mengatakan "permisi Aki" mereka tujukan kepada penunggu atau penjaga tempat ini, yang dimaksud dengan kata "Aki" adalah setan, saat buang hajat juga minta izin dulu kepada penunggu tempat itu, barangkali Anda sering melakukan perjalanan saat sebagian orang melewati jembatan atau terowongan maka mereka meminta izin kepada "penunggunya", minimal dengan membunyikan klakson kendaraan.

Ini adalah perbuatan orang-orang jahiliah yang harus kita hindari agar kesempurnaan tauhid kita tidak ternodai dan tidak menjadi rusak, Rasulullah g mengajarkan kepada kita doa yang jauh lebih baik dari itu, dalam doa itu Rasulullah g hanya memerintahkan kita berlindung kepada Rabb jin, manusia dan semua alam; yaitu Allah d.

Rasulullah g bersabda, "Apabila manusia membaca doa ini di pagi dan sore hari, maka tidak ada satupun dapat membahayakan dirinya.":

عَنْ أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ قَال سَمِعْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ؛ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ

dari Aban bin Utsman? ia berkata: saya mendengar Utsman bin 'Affan radliallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Tidaklah seorang hamba setiap pagi dan sore hari mengucapkan: BISMILLAAHILLADZII LAA YADHURRU MA'AS MIHI SYAI UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAAI WA HUWAS SAMII'UL 'ALIIM (Dengan menyebutkan nama Allah yang tidak ada sesuatupun dengan menyebut namaNya yang membahayakan di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha mengetahui) sebanyak tiga kali, melainkan ia tidak akan diganggu oleh sesuatupun." (HR. Tirmidzi, dalam Riwayat lain terdapat dalam Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban)


20. JIN BISA MERASUK KE DALAM JASAD MANUSIA DAN MENGALIR DALAM TUBUH MANUSIA MELALUI ALIRAN DARAH. SEBAGAIMANA SABDA RASULULLAH g:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ...

Rasulullah g bersabda, "Sesungguhnya setan itu mengalir dari tubuh manusia melalui jalan darah."(HR. Bukhari dan Muslim)


21. SETAN ATAU JIN PEMBANGKANG TIDAK AKAN MAMPU MENGUASAI ORANG YANG BERIMAN DAN SELALU BERTAWAKAL KEPADA ALLAH

Allah c berfirman:

إِنَّهُۥ لَيۡسَ لَهُۥ سُلۡطَٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٩٩

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (An Nahl: 99)

22. SETAN BERJANJI AKAN MENGGELINCIRKAN SELURUH MANUSIA KECUALI ORANG-ORANG YANG IKHLAS

Allah c berfirman:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٨٣

Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (Sad: 82-83)

Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata, "Orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan ikhlas, tidak mengharap apapun kecuali ridha Allah d. adalah orang-orang yang akan terjaga dan tidak dapat disesatkan oleh setan, Allah tidak memberi jalan bagi setan untuk menyesatkan dan mengelabui orang-orang yang ikhlas (Al-Mukhlishin). 27)


23. ORANG YANG BERIMAN DAN TIDAK MENCAMPURI KEIMANAN MEREKA DENGAN SYIRIK, MEREKA MENDAPAT JAMINAN KEAMANAN DAN JAMINAN PETUNJUK DARI ALLAH

Allah c berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ ٨٢

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al An'am: 82)

24. IBLIS MEMILIKI BALA TENTARA YANG DIBEKALI KETERAMPILAN KHUSUS DAN DITUGASI PEKERJAAN YANG KHUSUS PULA, DI ANTARANYA:

  1. AI-Walahan, setan spesialis penggoda orang yang wud-hu. Nabi bersabda, "Pada wudhu itu ada setan yang meng-goda, disebut dengan Al-Walahan, maka hati-hatilah terhadapnya."(HR Ahmad) 28)
  2. Khanzab, setan spesialis penggoda orang yang shalat. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Utsman pernah bertan-ya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku." Beliau bersabda, "Itulah setan yang disebut dengan Khanzab, jika engkau merasakan keha-dirannya make bacalah ta'awudz kepada Allah clan meludah kecillah ke arch kiri tiga kali."(HR Ahmad).


    Utsman melanjutkan, "Aku pun melaksanakan wejangan Nabi tersebut dan Allah mengusir gangguan tersebut dariku."
  3. Al-Masuth, setan penyebar gosip. Qatadah menyebutkan, Iblis memiliki anak bernama Al-Masuth yang bertugas khusus untuk membuat gosip atau menyebarkan kabar burung yang tak jelas asalnya dan belum tentu kebenarannya, sekaligus menyebarkan kedustaan.
  4. Al-A'war, setan penyeru zina. Mujahid bin Jabr, murid utama Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Iblis memiliki 5 anak, satu di antaranya bernama AI-A'war. Dia memiliki tugas khusus menyeru orang untuk berbuat zina dan menghiasinya agar nampak baik dalam pandangan manusia. 29)

Umar bin Khaththab berkata: Keturunan setan itu ada sembilan:

  1. Zalyatun (yang berada di pasar ia menancapkan benderanya di pasar, menggoda manusia agar berbuat curang, berbohong soal kualitas barang dagangan, sumpah palsu, dan sebagainya).
  2. Watsin (menggoda manusia agar tidak ridha menerima ujian dan musibah).
  3. Laqus (Majusi)
  4. A'wan (menggoda manusia agar rakus pada kekuasaan serta berbuat zalim dengan kekuasaannya)
  5. Hafaf (mengelabui manusia agar minum minuman yang haram).
  6. Murrah (menggoda manusia agar mendengarkan musik).
  7. Al Masuth (pemberi informasi dusta kepada dukun atau tukang tenung).
  8. Dasim (Pengacau rumah tangga), apabila seorang masuk rumah lalu tidak mengucapkan salam dan tidak menyebut nama Allah maka ia akan menyebabkan talak, khulu' dan pukulan."
  9. Walahaan Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwudlu dan solat dan ibadat-ibadat lainnya. 30)

Imam Badruddin Al-Ainy 31) berkata dalam Syarh Shahih Imam Al-Bukhari, Diriwayatkan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas ia berkata. "Telah sampai kepada kami bahwasanya Iblis memiliki anak-anak yang banyak. Namun ia mengandalkan lima anaknya, Syibr, A'war, Masuth, Dasuth, Zalnabur." Muqatil berkata, "Iblis memiliki seribu anak, ia melahirkan anaknya sendiri, ia bertelur setiap hari sesukanya, di antara anak-anaknya Khanzab, Hafaf, Murrah, Walahan dan Mutaqadhi, setiap mereka memiliki tugas masing-masing."

Imam Al-Munawi 32) dalam Faidhul Qadir berkata, "Mujahid berkata, 'Iblis memiliki 5 anak, setiap mereka memiliki tugas masing-masing, Syibr, Wasuth, Dasim, Zalnabur, dan Syibr yang menggoda orang yang terkena musibah agar meronta-ronta, merobek saku, menampar wajah dan mengucapkan perkataan-perkataan jahiliah.

A'war adalah pezina dan mengajak orang berzina. Wasith adalah sang penipu.
Dasim si pembuat ribut dalam rumah tangga, sehingga muncul keributan.
Zalnabur si penunggu pasar. Yang mengganggu orang shalat adalah khanzab. Dan yang menimbulkan waswas dalam wudhu adalah
Walahan. 33)


6). Tafsir Ibn Katsir, 1/41.

7). Ahli Tafsir dari kalangan Sahabat Nabi. Ialah anak dari Abbas bin Abdul-Muththalib, paman dari Rasulullah Muhammad *. lbnu Abbas wafat pada tahun 78 hijriyah, dalam usia 75 ta-hun.

8). Tafsir Ibn Katsir, 4/271.

9). lzzuddin Abu Al Hasan Al Jazary Al Mushily. lahir tahun 555, wafat tahun 630 H. Pakar sejarah terkemuka. hidup se-zaman dengan Shalahuddin AI Ayyuby.

10). Al Shahih Al Muntaqa min laqthi Al Marjan fie Ahkam Al Jan, hal: 20, Syakir bin Taufiq Al-Awry, Maktabah Al Rusyd, cet I tahun 2004, Riyadh, KSA.

11). Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Fazah, beliau lahir di Andalusia, dan belajar ber-bagai disiplin ilmu di sana, lalu is hijrah ke Mesir, tepatnya utara Asyuth, wafat 9 Syawal 671 H.

12). Said bin Al Musayyib Al Makhzumi Al Qurasyi. la lahir dua tahun setelah Umar bin Khathab menjadi khalifah, tahun 14 H dan wafat tahun 94 H. Beliau ulama besar di kalangan terkenal keilmuannya di Kota Madinah pada zamannya.

13). Ismail bin Abdurrahman As Suddy Al Kufy. Beliau hidup di zaman Tabiin, wafat tahun 127 H.

14). Tafsir Al Qurthuby, Juz 10, hal. 15.

15). Mujahid bin ft Al Makhzumi Al Qurasyi, lahir tahun 21 dan wafat tahun 104. la adalah seorang ulama dikalangan Tabi’in, murid Ibnu Abbas h.

16). Abu Al Hasan Ali bin Muhammad bin Hubaib Al Bash Al Mawardy, lahir tahun 364 H dan wafat tahun 450 Ulama besar pada Daulah Abbasiyah, beliau ulama besar dalam Madzhab Syafilyah.

17). Tafsir An-Nukat wa Al Uyun, Juz Ill, hal: 313.

18). Hasan al-Bash dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah , Hasan al-Bash meninggal dunia di Basrah, Iraq, pada hari Jum'at 5 Rajab 110 Hijrah (728 Masehi), pada umur 89 tahun. la ulama besar di kalangan Tabiin yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah.

19). Tafsir lbnu Katsir, Juz III, 127.

20). Tafsir Al Muharrar Al Wajiz, hal: 335, Juz: 2.

21). Hadits tentang hal ini diriwayatkan oleh Al Bukhari, 4/487, 6/335 dan 9/55 (Fathul Bari).

22). Lihat Tafsir Ihn Katsir, 2/317.

23). Risalatul Jinni, hal 32

24). HR. Bukhari di dalam Ath Thibb, bab 46, di dalam AtTauhd, bab 57, Muslim di dalam As Salam hadits 122-124, Ahmad di dalam musnadnya, 1128, 6/87 dan Baihaqi dalam Ad Dala'il, 2/235.

25). Abu Jalar Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Thabari dilahirkan di kota Amil. ibu kotaThabaristan pada akhir tahun 224 H is wafat di Bagdad pada tahun 310 H.

26). Tafsir Al Thabari, Surat Al-Jinn

27). Tafsir Al Thabary.

28). HR Tirmidzi, Tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, Ibnu Majah, Tahqiq Muhammad fuad Abdul Baqi, Ahmad dalam Almusnad, Tahqiq Syuab Al Arnauth, Ibnu Khuzaimah, Tahqiq Muhammad Musthafa Al A'zhamy, Hadits ini dilemahkan oleh Albany.

29). Talbisul Iblis, lbnu Al-Jauzy hal. 41.

30). Nashaihul Ibad, hal: 49.

31). Abu Muhammad Badruddin Al Ainy M Hanafy Muhammad bin Ahmad bin Musa bin Ahmad, ulama abad 9, Lahir di Halab 26 Ramadhan 762 H, Wafat di Mesir tahun 855 H.

32). Muhammad Abdurrauf bin Tajul Arifin bin Ali bin Zainal Abidin, Lahir 952 H, Wafat 1031 H di Kairo, Mesir.

33). Faidhul Qadir Syarah Al Jami' Ashaghir, juz 2 hal: 503, Zainuddin Muhammad. Abdurrauf bin Tajul arifin bin Ali bin Zainai Abidin, wafat 1031 H, cetakan pertama: 1356 H. Al Maktabah At tijariyah Al Kubra, Mesir.

Jumat, 10 Agustus 2018

Dapatkah Manusia Melihat Jin?

Qs. Al-A'raf: 27

Termasuk kekhususan jin, mereka dapat melihat manusia, namun sebaliknya manusia tidak dapat melihat mereka dalam wujud aslinya. Allah berfirman:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ لَا يَفۡتِنَنَّكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ كَمَآ أَخۡرَجَ أَبَوَيۡكُم مِّنَ ٱلۡجَنَّةِ يَنزِعُ عَنۡهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوۡءَٰتِهِمَآۚ إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمۡ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنۡ حَيۡثُ لَا تَرَوۡنَهُمۡۗ إِنَّا جَعَلۡنَا ٱلشَّيَٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ ٢٧

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman” (Al A'raaf: 27)

Imam Al-Baghawi berkata, "Setan dan bala tentaranya melihat kalian wahai anak Adam, sedangkan kalian tidak bisa melihat mereka. Ibnu Abbas berkata, Setan dan anak keturunannya semua dapat melihat anak Adam”. Malik bin Dinar berkata; 'Musuhmu (setan) dapat melihatmu dengan jelas, sedangkan engkau tidak dapat melihat mereka. Hati-hatilah, ini adalah permusuhan yang amat berbahaya. Tidak ada yang selamat dari kejahatan musuh-musuh itu kecuali yang dijaga oleh Allah saja." 1)


1) Tafsir Ma'alim attanzil, hal: 97, juz: 2, Imam Abu
Muhammad Al Husain bin Mas'ud, Al Baghawy, Dar Thayyibah, cet III 2010, KSA.