Selasa, 14 Maret 2017

MENGUNGKIT-UNGKIT PEMBERIAN

MENGUNGKIT-UNGKIT PEMBERIAN


Oleh



Dr.H.Achmad Zuhdi Dh,M.Fil I

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr Wb!           
Ust.Achmad Zuhdi yang dirahmati Allah! Mohon penjelasan mengenai bagaimana hukum orang tua yang suka mengungkit-ungkit pemberian masa lalu yang telah diberikan kepada anaknya sendiri, misalnya: “Kamu bisa sekolah ini karena ibumu; kalau bukan karena ibumu, kamu tidak bisa sekolah, tidak bisa memiliki ini dan itu. Jangan suka bantah dan jangan macam-macam!”. Jika orang tua sampai mengucapkan seperti itu, apakah berarti ia tidak ikhlas? Lalu sebagai seorang anak harus bersikap bagaimana? Bukankah anak harus hormat kepada orang tua?  Mohon pencerahannya Ustadz! Atas jawabannya kami sampaikan terima kasih. Jazakallah khairan katsiran! (Farah, Wonoayu-Sidoarjo).              
Wassalamu’alaikum Wr. Wb!

Jawaban:
Bersedekah atau berinfak di jalan Allah adalah merupakan amal perbutan yang sangat mulia dan terpuji. Allah berjanji akan memberikan kemudahan demi kemudahan kepada orang-orang yang suka berinfak, bersedekah atau membantu orang lain. Allah Swt berfirman:
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan(kemudahan) sesudah kesempitan(kesulitan). (QS. Al-Thalaq, ayat 7).
            Ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang suka bersedekah atau berinfak akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam segala urusan. Tentu yang dimaksudkan adalah infak atau pemberian yang dilakukan dengan penuh ketulusan dan semata-mata karena Allah Swt. Kepada hamba-hambanya yang suka mengeluarkan sedekah (memberi sedekah), Allah Swt telah memuji dengan firman-Nya:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut(mengungkit-ungkit) pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), maka mereka akan memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (al-Baqarah, 2: 262).
            Ayat tersebut menyatakan bahwa mereka yang tidak mengungkit-ungkit pemberiannya dan tidak menyakiti hati si penerima, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala. Sebaliknya, jika mereka memberi dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti si penerima, maka Allah akan menghilangkan pahala dari amal perbuatan itu. Allah Swt memperingatkan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir(al-Baqarah,2:264).
               Betapa ruginya orang yang berinfak atau bersedekah yang diikuti dengan mengungkit-ungkit sedekahnya. Demikian juga betapa sia-sianya orang yang pernah memberikan bantuan kepada orang lain, tetapi orang lain tadi merasa tersinggung dan dipermalukan karena pemberian tadi diungkit-ungkitnya. Orang yang bersedekah atau memberikan bantuan kepada orang lain seperti ini berarti tidak tulus, tidak ikhlas, tetapi ada pamrih. Karena itu maka siala-sialah sedekah dan pemberiannya. Amalan seperti ini tidak akan mendapatkan pahala sama sekali. Diibaratkan oleh Allah seperti batu licin yang di atasnya ada tanah lalu tertimpa hujan lebat sehingga batu itu bersih tidak ada lagi tanahnya.
Atas dasar keterangan tersebut, maka apa yang dilakukan oleh seorang Ibu kepada anaknya yang mengungkit-ungkit pemberiannya selama dalam asuhannya, maka sikap Ibu tersebut mestinya tidak dilakukan. Jika Ibu tersebut tidak segera menyadarinya dan tidak segera bertaubat atas kekeliruannya, maka sia-sialah semua pemberiannya selama ini.
Sungguhpun sang Ibu telah bersikap salah, bagi anaknya tetap harus menaruh hormat sebagaimana mestinya sikap anak kepada kedua orang tuanya. Allah Swt berfirman:

ﻭَﻗَﻀَﻰ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ ﺇِﻣَّﺎ ﻳَﺒْﻠُﻐَﻦَّ ﻋِﻨْﺪَﻙَ ﺍﻟْﻜِﺒَﺮَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﻛِﻠَﺎﻫُﻤَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺃُﻑٍّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﻬَﺮْﻫُﻤَﺎ ﻭَﻗُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﻛَﺮِﻳﻤًﺎ ‏ ﻭَﺍﺧْﻔِﺾْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺟَﻨَﺎﺡَ ﺍﻟﺬُّﻝِّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺑَّﻴَﺎﻧِﻲ ﺻَﻐِﻴﺮًﺍ ‏
 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ”Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil”(QS. Al-Isra : 23-24).
Jadi, bila sang Ibu melakukan kekeliruan dengan mengungkit-ungkit pemberiannya selama ini kepada anaknya, hendaknya segera bertaubat, selanjutnya berusaha mengikhlaskannya dengan setulus-tulusnya dan mengharap keridhaan dari Allah Swt. Demikian juga sang anak hendaknya tetap berusaha menaruh hormat kepada orang tuanya, lebih-lebih jika keduanya telah usia renta.
Sebagai peringatan kepada orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, berikut ini peringatan dari Nabi Saw: “Tiga orang yang tidak akan Allah ajak bicara pada hari kiamat, tidak pula Allah melihat kepada mereka dan juga tidak mensucikan mereka, serta bagi mereka azab yang pedih”. Abu Hurairah berkata: “Beliau mengulanginya hingga tiga kali”. Abu Dzarr berkata: “Sungguh merugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Musbil,  yaitu yang melabuhkan pakaiannya melebihi mata kaki ke bawah (bagi lelaki)), lalu orang yang mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu”(Hadis Riwayat Muslim, No. 106).
Dan hadis dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنَّانٌ، وَلَا عَاقٌّ، وَلَا مُدْمِنُ خَمْر
 “Tiga orang yang tidak akan masuk surga, yaitu: “orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya, anak yang durhaka kepada orang tuanya, dan orang yang terus-menerus minum khamar” (HR. al-Nasa’i, No. 5672, dan al-Albani menshahihkannya).

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar